Rabu, 24 Juni 2015

Cerpen 6 Pemburu Adriana

Pemburu Adriana

Suatu hari, hiduplah seorang anak lelaki pertama dari keluarga Alisha berumur 7 tahun bernama Adriana. Ia tidak dilatih oleh siapapun akan tetapi instingnya sangat tajam dan bisa memperkirakan gerakan temannya ketika mereka bermain Petak Umpet dan tahu dimana temannya bersembunyi. Karena instingnya tersebut, dia selalu tidak di ajak main oleh temannya karena dianggap curang dan tidak adil.

Adik-adiknya bermain petak umpet oleh anak-anak desa, sedangkan dia di rumah membantu ayahnya meracik obat dari tanaman. “Tanaman ini berbau tajam, yah!” ujar Adriana kepada ayahnya. Ayahnya hanya tersenyum dan menjelaskan “Yah, itulah tanaman herbal yang sangat manjur untuk segala jenis racun.” Jelas ayahnya sambil mengusap rambut anaknya.

“Ayah, kenapa aku dibilang curang oleh temanku? Padahal aku tidak mengintip saat bermain petak umpet ketika menjadi penjaga, aku juga tidak melihat dimana mereka bersembunyi!” terangnya kepada si ayah yang tengah sibuk meracik obat lain. “Lalu?” jawab ayahnya satu kata. “yah, Aku hanya tahu mereka ada disitu dan aku tahu siapa saja yang sembunyi di tempat-tempat itu, itu saja kok!” lanjut Adriana sembari membawakan obat racikan ayahnnya ke pinggir pasien.

Sambil mengusap dua lubang gigitan ular berbisa pasien dengan obat racikannya, Ayahnya memberikan solusi, “Bagaimana kalau kamu kasih temanmu kesempatan untuk menang?” ujar sang ayah dengan tenang dan fokus terhadap luka pasiennya. “Tapi itu tidak adil buat ku dong yah!” bentak Adriana sembari keluar dari ruang pasien.

Adriana pun berkeliling desa dan melihat dengan iri adik-adiknya bermain dengan anak-anak lain sementara dia di jauhi oleh mereka karena dianggap curang. Di tengah perjalanan dia berhenti pada rumah Tetua Desa, disana adalah rumah kedua baginya. Dia biasanya mencurahkan keluhannya pada istri tetua desa yang selalu memberinya minuman teh herbal yang hangat dan nikmat, walaupun terasa pahit.

Istri tetua desa pun menceritakan pada Adriana, “Dahulu kala ada seorang pemuda yang gagah perkasa dan kuat serta insting untuk menemukan sesuatu begitu kuat hingga dia menjadi panutan di desa ini, dia juga tampan dengan rambutnya yang bergerai panjang.” Adriana pun menyela, “Lalu kemana pemuda itu?” istri tetua desa pun hening dan melanjutkan, “Suatu hari, ada satu perkara kecil tentang binatang buruan, sang pemuda ingin menjadikan anak monyet sebagai makanan sedangkan penduduk desa ingin memelihara binatang tersebut.”

“Kemarahan sang pemuda merenggut dua nyawa terpenting di desa ini, yaitu Tetua Desa dan suami Minah.” Adriana pun tertarik dengan cerita tersebut, dia pun dengan tenang mendengarkan kelanjutan cerita tersebut. “Kemarahan warga desa mengutuk sang pemuda menjadi Harimau yang buas dan mengusirnya ke hutan lebat yang terlarang.” Ujar istri tetua Desa. Setelah cerita tersebut terlintas di benak Adriana untuk pergi ke hutan terlarang tanpa ketahuan.

Dia pun berangkat pada saat matahari sudah meredupkan cahayanya, dan benar saja dari rumor yang beredar di anak-anak desa bahwa hutan tersebut angker dan mengerikan. Dia masuk lebih dalam melewati batas desa, dan merasakan ada sesuatu di balik semak dan instingnya yang kuat mengatakan untuk lari. Akan tetapi keegoisan Adriana tidak kalah dengan rasa takutnya. Dia pun menantang yang ada di balik semak tersebut. Mata merah dan tubuh sebesar beruang akan tetapi bukan beruang, giginya yang runcing seperti pisau yang siap memotong, dan geraman yang membuat orang yang mendengar merasa merinding.

Adriana pun mengeluarkan pisau bambu yang biasa di pakai ibunya memotong dan memasak. Dengan gaya siap bertarung, sang harimau melompat tepat kedepan Adriana, dan dengan cepat insting Adriana mengatakan untuk menghindar ke kanan. Si harimau menerkam berkali-kali dan berhasil di hindari dengan sempurna oleh Adriana sampai kakinya tidak sengaja terkilir.

Akhirnya Adriana merasa ada di ambang batas antara hidup dan mati. Ketika si harimau menerkam tepat kedepannya, dia menusukkan pisau bambu ke mata kirinya, akan tetapi teriakan dari seseorang yang tak asing melesetkan dan memberikan luka gores yang dalam, begitu pula kuku si harimau yang menggoreskan luka tepat di mata kanannya.

Adriana pingsan dan sudah pasrah akan takdirnya. Tidak lama kemudian, dia berada dalam ruangan penuh dengan keluarganya dan istri tetua desa serta ayahnya yang mengobati luka goresnya dan membalut luka di mata kanannya. Ayahnya menceritakan apa yang terjadi termasuk hilangnya adik bungsu, Tulisha ke dalam hutan. 

Atas kecerobohan dan keberaniannya, Adriana mendapat julukan Pemburu Adriana yang bertugas mengambil barang dari hutan terlarang, membunuh harimau yang terkutuk, dan menyelematkan adiknya yang ada di luar desa dan wajib kembali dengan selamat dan bukti buruan sebagai hukuman sekaligus kehormatan pada keluarganya dan generasi penerusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar