Selasa, 23 Juni 2015

Cerpen 5 Perjalanan Abuy

Perjalanan Abuy

Abuy, sang buaya yang berubah menjadi manusia, melanjutkan perjalanannya menuju desa di tengah hutan. Akan tetapi dia rasakan akan sangat sulit dan berbahaya, juga memakan waktu yang lama untuk sampai ke tempat tujuan. Dia tetap berniat untuk melanjutkan perjalanannya karena ingin membalas janji sang gadis kecil bernama Alisha. Gadis yang selalu ada di kepala Abuy dan selalu dikenang olehnya.

Dia pun mengecup kalung bunga yang ada di lehernya dan percaya bahwa dia akan sampai dengan selamat. Melewati semak belukar dan jalan bebatuan bukanlah hal mudah bagi Abuy karena dia tidak memakai alas kaki dan berjalan kaki apa adanya. Apalagi dengan ngeongan sang kucing yang menandakan saatnya makan sudah tiba. Di hutan lebat yang terlarang ini tidak banyak binatang ataupun serangga.

Pilihan satu-satunya untuk mengambil makanan ialah menangkap ikan, untungnya Abuy pernah melihat cara membuat jaring dari semak belukar, akar, dan dedaunan untuk menangkap ikan-ikan di sungai. Dia pun mencari hal yang mirip yang bisa ia jadikan jaring. 1 jam kemudian dia menjadikan bahan alam menjadi perangkap ikan. Kucing sang penyihir terus mengeong dan semakin lama semakin kencang.

Abuy merasakan ada sesuatu yang berbahaya di hutan ini, maka dia membuat kucing itu diam dengan mengikat akar pada mulut kucing dengan erat tapi tidak kencang. Kucing itu meronta-ronta dan dengan cakarnya mencoba melepaskan kekangan yang ada di mulutnya tetapi tidak berhasil.
Abuy meneruskan jaring yang kedua dengan tangannya dengan hati-hati. Sang kucing terus berusaha melepaskan akar tersebut seakan ini keadaan gawat dan mendesak. Seakan kucing itu ingin memberitahukan ‘Abuy bahwa ada bahaya tepat di belakang kita! Cepat kita lari tinggalkan tempat ini.’
Akan tetapi Abuy tidak menghiraukan sang kucing, dan tepat setelah itu, Abuy bisa merasakan pijakan sesuatu yang sangat berat, kuat dan bertenaga, serta geraman yang terdengar seperti guntur. Dia pun ketakutan, dan dia baru sadar bahwa selama ini dia diintai. Pandangan yang begitu tajam hingga merasuk kedalam dadanya dan jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Keringat dingin bercucuran dan tangannya bergetar.

Dia menoleh sedikit demi sedikit hingga akhirnya tatapan mata tertuju pada mata merah di balik semak belukar. Bayangan sebesar beruang namun bukanlah beruang. Akhirnya sang makhluk bermata merah menunjukkan sosoknya. Harimau yang terkutuk!

Abuy pun terlonjak dari tempatnya duduk dan berusaha kabur dengan kaki yang terasa lemas. Kucing itu pun akhirnya berhasil melepaskan dirinya dan mulai menggeram kepada si harimau. Akan tetapi geramannya bukan menakuti si harimau, malah berbalik menggeram kepada si kucing. Geramannya menggema di hutan lebat itu dan terasa ada hempasan angin yang kuat. Kucing itu pun mulai melompat ke wajah harimau dan mencakar dengan cakarnya. Sang harimau membalas cakaran sang kucing dengan mencakar badan si kucing, akan tetapi meleset dan si kucing membalas cakaran harimau dengan menggigit kaki harimau tersebut.

Dalam pertarungan antar kucing ini, sang harimau membanting si kucing dan menginjak si kucing tepat di perutnya. Kemudian menendang si kucing jauh, tepat di depan abuy. “Me…ong.” Kucing tersebut mengeong sambil mengelus kaki Abuy yang menandakan untuk pergi dari tempat ini.
Abuy memahami maksud si kucing tersebut, sayangnya, begitu pula dengan harimau yang membaca maksud si kucing. Dia menerkam si kucing dan menggigit kepalanya. Kemudian dilanjutkan mencakar Abuy tepat di dadanya. Abuy pun terjatuh ke sungai dan terbawa arus sungai yang deras dan dengan cepat menghantarkan Abuy menjauh dari sang harimau dengan bekas cakaran yang tertanam di dadanya yang mengalir berdarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar