Selasa, 23 Juni 2015

Cerpen 1 Penyesalan Sang Monyet

Penyesalan Sang Monyet 

Suatu hari hiduplah seekor anak monyet di desa terpencil di dalam hutan. Di tinggal mati oleh orang tuanya, monyet tersebut di rawat oleh janda desa bernama Minah. Setiap hari di beri makan pisang oleh Minah yang mempunyai ladang pohon tersebut. Minah merasa sangat senang dan tidak keberatan karena dia tinggal sendiri di rumah kayu reyotnya yang kecil dan sempit. Setiap malam ketika penduduk desa menghentikan aktifitas berladangnya, Minah selalu menceritakan dongeng desa tersebut kepada sang monyet. Sang monyet menikmati suara lembut dan cerita dongeng Minah yang indah dan bisa dipahami olehnya.


Bulan demi bulan berlalu dan sang monyet tumbuh besar. Sang monyet selalu membantu Minah dalam mengambil pisang-pisang yang menguning dan sudah matang untuk kemudian setengah dari hasil tersebut di tukar ; dan sisanya di letakkan di gubuk. Monyet tersebut sangatlah senang karena dapat membantu dengan melompat kesana-kemari dari satu pohon ke pohon lain sembari mengambil pisang. Ketika akan mengambil pisang terakhir, sang monyet menyadari adanya bunga randa tapak  kuning keemasan yang indah tumbuh di bawah pohon tersebut. Dia pun mencabutnya untuk hadiah istimewa kepada sang ibu. Malam pun tiba dan sang monyet memberikannya pada Minah ketika perjalanan menuju rumah.

Minah marah besar ketika melihat sang monyet mencabut bunga randa tapak tersebut, dia pun memarahi sang monyet sehingga dia kabur dari rumah Minah di gelapnya malam. Monyet tersebut menangis dan kabur tidak akan mau kembali sampai Minah mencarinya dan meminta maaf kepadanya. Minah tahu bahwa dia telah keterlaluan memarahi sang monyet. Dengan hati yang cemas Minah pergi mengambil obor bambu yang menerangi rumah kayunya. Berharap bisa menemukan sang monyet dan meminta maaf.

Minah, yang khawatir akan sang monyet, mencari di kegelapan malam dengan satu obor redup terhembus angin yang ada di tangan kanannya. “Sayang, sayang kemana kau? Kembalilah kerumah sayang, aku merindukanmu, maafkan aku sayang!” panggil Minah di kegelapan malam. Akan tetapi sang monyet tetap tidak mau keluar dan bertindak lebih egois dengan masuk ke hutan lebat yang dilarang penduduk desa. Minah mencari keseluruh penjuru desa dan sampai pada tempat masuk hutan lebat yang tahu bahwa dilarang oleh penduduk.

Dengan hati yang gundah gelisah dia tetap bersikeras masuk kedalam demi menemukan sang monyet, anak angkat satu-satunya. Dia mengulang panggilannya kembali “Sayang, sayang kemana kau? Kembalilah kerumah sayang, aku merindukanmu, maafkan aku sayang!” dan keheningan pun melanda di hutan gelap tersebut, tidak seekor jangkrik pun menyanyi di gelapnya hutan lebat itu.

Minah tidak mendengar suara apapun, dan dia terus melanjutkan perjalanannya. Dia mendengar suara; dengusan dan hentakan kaki yang berat dilanjutkan dengan geraman. Minah menjadi panik dan dia merasakan diantara semak belukar, ada sesuatu yang ingin menyantap dirinya. Dengan berjalan cepat, dia masuk lebih dalam ke hutan sambil mengulang panggilannya dengan harapan sang monyet akan muncul.

Sang monyet tidak mau keluar dan dia berada di atas pohon jauh tiga pohon dimana Minah berada. Suara geraman makin kencang dan Minah lebih ketakutan. Sang monyet tetap egois dan terus melompat satu pohon ke pohon lain, semakin Minah mendekat semakin monyet tersebut menjauh. Tiba-tiba keheningan pun datang ke telinga sang monyet. Tidak ada lagi suara panggilan Minah. Sang monyet pun heran dan melompat kembali ke pohon-pohon sebelumnya. Dia melihat cahaya lembut dari obor yang menyala samar-samar menerangi gelapnya hutan. Dua meter di dekat obor tersebut terlihat sesosok binatang buas yang tengah melahap sesuatu. Tangan wanita yang coklat dan kasar serta keriput yang dia kenali, keluar dari mulut si harimau yang buas yang kemudian kembali melahap tangan itu seutuhnya.

Harimau buas menatap sang monyet dengan tatapan tajam kemudian kembali ke kegelapan melewati semak-semak. Sang monyet merasakan sesak di dalam dadanya. Penyesalan sekaligus ketakutan yang mendalam yang dia tidak akan pernah bisa ungkapkan dengan apapun. Sang monyet pun pergi dari desa dan selamanya tinggal di hutan lebat untuk menebus dosanya kepada Minah, orang tua angkatnya yang dia sangat cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar