Selasa, 23 Juni 2015

Cerpen 3 Harimau Terkutuk

Harimau Yang Terkutuk

Dahulu kala di desa dalam hutan hiduplah seorang pemuda, anak pertama dari tetua desa, yang sangat gagah perkasa dan sering menyombongkan dirinya akan kekuatan yang ia punya. Dia bisa membelah batu sangat besar menjadi dua dan menggetarkan tanah dengan hentakan tangan dan kakinya. Rambutnya yang panjang mampu mengikat ratusan ranting tanpa satu batang pun terjatuh. Penduduk desa pun bangga akan pemuda tersebut dan selalu menggunakan kekuatan pemuda tersebut untuk membantu penduduk desa mengambil ataupun membuat sesuatu.


Dialah yang mengalirkan air dari danau puncak gunung dan membuat jalur sungai agar penduduk desa bisa minum, mencuci, dan mandi. Dia pula yang berburu ke dalam hutan lebat terlarang sendiri dan membawa hasil buruan untuk di bagikan kepada penduduk desa. Penduduk sangat senang dengannya akan tetapi juga iri dengan kekuatan yang dia miliki.

Suatu hari, hendaklah sang pemuda berburu kedalam hutan untuk mencari binatang buruan, akan tetapi saking seringnya pemuda itu berburu, binatang-binatang yang biasa ia buru satu persatu mulai punah, bahkan hampir tidak ada satupun. Dia menemukan anak monyet yang ditinggal mati oleh orang tuanya dan membawa hanya anak monyet sebagai hasil buruan.

Pemuda kembali dengan tangan menggenggam kasar anak monyet, dia pun menyarankan penduduk untuk makan dengan binatang tersebut, akan tetapi Minah dan suaminya yang dengan wajah memelas, memohon agar membiarkan anak monyet itu hidup dan jangan di bunuh. Semuanya pun hening dan kemudian menyetujui untuk merawat monyet itu oleh si Minah dan suaminya.

Sang pemuda tersebut sangat marah, dia pun berteriak dan menggema melebihi desa, bahkan melewati hutan lebat dan burung-burung pun terbang karena ketakutan. Dia tidak terima hasil buruannya di berikan ke Minah dan suaminya karena hasil buruan adalah hasil buruan untuk dimakan.

Akan tetapi banyak yang tidak setuju kepada si pemuda yang sombong ini dan mengusirnya dari desa. Sang pemuda pun berontak dan semua penduduk tidak bisa berkutik di hadapannya. Di tengah berontak dia tidak sengaja membunuh tetua desa dan suami Minah dengan tangannya sendiri. Pandangan penduduk pun berubah menjadi benci, dan bukannya takut melainkan berdiri tegap dan mengusir si pemuda dari desa dengan melemparkan batu, lumpur, bahkan keranjang anyaman penduduk sendiri. Sang pemuda yang gagah perkasa pun takluk oleh puluhan penduduk desa yang marah akan kelakuannya.

Dia pun lari menuju hutan lebat dimana hutan tersebut adalah tempat satu-satunya untuk sang pemuda lari dari amukan penduduk desa. Minah hanya menangis dan berteriak, menepuk-tepuk serta menggoyangkan tubuh suaminya yang terhempas oleh kekuatan sang pemuda tadi.

Tubuhnya yang tidak bergerak serta matanya yang tertutup menandakan kepergiannya bersama dengan tetua desa. Akhirnya, Minah pun menyesali kematian suaminya. Para penduduk mengumpulkan bunga berwarna-warni yang kemudian di kumpulkan dan di taruh diatas kuburan tetua desa, begitu juga suami Minah yang di kubur bersebelahan dengan tetua desa di pusat desa sebagai peringatan atas kejadian yang tidak terlupakan. Penduduk desa pun mengutuk sang pemuda menjadi harimau buas yang membawa petaka di setiap langkahnya agar hidup sendiri di alam liar selamanya dan tidak bisa kembali ke desa apapun yang terjadi.

Sang pemuda, yang tengah berlari ke hutan lebat terlarang untuk menghindari amukan warga desa, pun menjerit kesakitan dan tubuhnya mengeluarkan  bulu berwarna hitam, oranye, dan putih. Kukunya menjadi runcing, giginya runtuh dan digantikan dengan taring-taring setajam pisau. Wajahnya berubah bentuk menjadi wajah seperti kucing buas. Seluruh tubuh, akal, dan pikirannya berubah menjadi hewan buas yang ia selalu buru, harimau terkutuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar